Utang produktif dan konsumtif
Apakah semua utang itu buruk atau sebaliknya |
Defenisi Utang
Sekarang ini kita itu di manjain baget sama yang namanya utang, bahkan banyak fasilitas penawaran dan kemudahan dalam pencairanya. kaya pinjol, kartu krdit, payleter, belum lagi pas kepepet ketinggalan dompet ngutang dulu ketemen, belum gajin ngutang dulu kewarung dan lain-lain. Sekarang ini utang itu udah menjadi hal yang biasa di kehidupan kita sehari-hari. bahkan utang itu bukan lagi untuk hal-hal yang kepepet saja, tapi juga untuk kebutuhan sehari-hari kaya hiburan, liburan, modal usaha modal kerja beli gejet, beli motor atau mobil dan lain-lain. semuanya itu bisa kita lakuin dengan ngutang. Tapi dari kemudahan-kemudahan itu, kita sering menghadapi berbagai masalah karena utang, dari yang di kejar-kejar depkolektor, berantem sama temen atau sahabat sendiri hubungan jadi tidak baik dengan keluarga, atau tetangga bahkan ada juga yang masuk penjara karena utang, pasti di antara kamu pernah ngalamin kan yang namanya ngutang hayoo ngaku! aku paham kok, terkadang kita itu perlu ngutang untuk hal-hal yang sifatnya itu mendesak. Dan harus segera di penehui saat itu juga. Kamu pernah kipikiran gini ga? sebenernya ngutang itu hal buruk atau sebaliknyasih. apa sebaiknya di hidari aja atau gimana yaa. Okeee untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu misahin dulu utang berdasarkan kegunaanya dan manffatnya. Yang pertama ada yang namnnya utang konsumtif dan yang kedua utang prododuktif.
Utang Konsumtif
Utang konsumtif itu gampangnya, utang yang dipake
untuk hal-hal konsumsi, nah konsumsi disini ada banyak baget jenisnya mulai
dari kebutuhan pakok sampe ngutang hanya untuk Menuhin gaya hidup doing, simpelnya
itu gini. utang konsumtif ini seperti kita itu minjem uang dari pemasukan kita yang
akan datang, untuk memenuhi keingininan saat ini, contohnya ngutang untuk biaya
persalian, pendidikan anak, kebutuhan
pokok, krdit rumah, dan hal-hal mendesak lainya, jadi nilai dan manfaat nya itu
lebih cepet kita rasain dari yang seharunya. Disisi lain utang konsumtif yang sifatnya
hanya memenuhi keinginan itu contohnya, beli gajet, jam bermerek, tas mahal,
liburan, sampai hiburan. Sampai sini kamu udah taukan sekarang, sebab utang
konsumtif itu tidak selamanya buruk, kamu juga harus bisa ngebedain mana utang
yang buat kebutuhan dan utang yang buat keinginan.
Sekarang kita bahas utang produktif
Sekarang kita bahas utang produktif yaa. utang
produktif itu utang yang dipake untuk membuat, membeli atau mempelajari sesuatu
yang bisa mendapatkan penghasilan baru kita di masa depan. Nilai serta manffat
dari jenis utang ini tu memberikan kita kesempatan untuk memiliki asset yang
bermanfaat dan menjadikan sumber penghasilan baru di masa depan. Contohnya itu
utang untuk beli tanah, dan tanahnya di bagun kos-kosan atau ruko untuk
disewain, utang untuk mengikuti pelatihan atau sertifikasi bidang tertentu yang
bisa ningkatin skil atau kemampuan kamu. Ngutang beli motor untuk disewin, ngutang
untuk modal usaha dan lain-lain. Karena sifatnya utang ini utang produktif,
biasanya cicilanya itu kita bayar pake penghasilan yang di diapat. Contohnya,
kita itu ngajuin kedit kebank untuk beli satu unit rumah baru nih, nah rumahnya
itu kita sewain, kita kan pasti dapat pemasukan dari rumah yang kita sewain itu
kan, dari hasil sewa itu bisa kita pake untuk buat bayar cicilan rumah
tersebut, dan nanti setelah cicilanya lunas kita jadi nabah satu asset baru
yang bisa terus produktif dan menghasilkan uang untuk kita dimasa mendatang.
Apakah Utang itu selamanya Buruk ?
Kalau kita balik kepertanyaan pertama tadi apakah semua utang itu buruk atau sebaliknya jawabanya yaaa tergantung dari bentuk utangnya itu sendiri, kalau bentuk utangnya itu adalah utang konsumtif yang hanya untuk memenuhi keinginan aja , yaa sebaiknya di hindari dan jangan di lakuin, karena utang seperti tu akan menyandra keuangan dari penghasilan kamu, Kalau kita lihat dari sudut pandang keuangan, utang konsumtif atau utang produktif itu boleh di lakukan asalkan kita itu bisa memperhtungkan resiko serta kemampuan bayar kita dimasa depan. Sebenarnya simple koo, untuk melihat kemampuan bayar cicilan kita, dengan menggunakan rasio cicilan dan pendapatan bulanan. Caranya total cicilan kamu dibagi dengan pendapatan bulanan kamu di kali 100. Contohnya nih, kalao pendapatan bulanan kamu 3 juta sementara cicilan kamu itu 600 ribu berarti rasio cicilan dan pendapatan kamu itu 20% . secara umum sih, rasio utang yang baik itu kalau rasio cicilanya ada di bawah angka 30%an dari pendapatan, artinya kamu hanya boleh punya cicilan maksimal 30% an dari pendapatan kamu. Oya kondisi ekonomi orang itu enggak sama yaa, bisa aja rasio cicilan dan pendapatan kamu itu bisa lebih tinggi dari 30% tersebut. Misalnya kalau biaya hidup kamu Cuma ngabisin 30% dari pendapatan bulanan kamu, rasio utang yang bagus buat kamu itu bisa lebih tinggi dari 30% misalnya 40 sampai 50%an. Tapi kalau biaya hidupkamu aja udah menghabiskan 70% dari pendapatan kamu berarti rasio utang yang baik buat kamu itu harus lebih kecil lagi. yaa kisaran antar 10 sampai 15 %. Dengan perhitungan sederhana ini kita itu bisa tau, utang kita itu masih wajar dan bisa dipertagung jawabkan atau tidak. Prinsip dasar ini juga bisa kita pake untuk melihat utang sekala rumah tangga, perusahan bahkan sampai utang sekala kenegaraan. Misalnya nih kalau kamu udah mutusin buat ngajuin utang ke bank, kamu bisa tau utang mu itu mau di pake buat konsumtif atau hal produktif, utang rumah tangga yang sifatnya konsumtif itu misalnya untang untuk renovasi rumah supaya terlihat tambah mewah dan keren, liburan, beli gejet dan lain-lain.
Konten Serupa: Satu Rumus Mudah Untuk Mengelola Keuangan Dengan Pendapatan UMR
Utang porduktif Sekala Rumah Tangga
Nah kalo utang produktif rumah tangga gimana? Ya sama-sama
aja dengan defenisi sebelumnya, utang rumah tangga yang produktif itu utang
yang di pake buat hal-hal yang bisa berkontribusi buat ningkatin penghasilan.
Misalnya buat buka usaha, beli peralatan yang bisa meningkatkan produksi, supaya
bisa menambah penghasilan rumah tangga di masa depan dan lain sebagainya. Dalam
koteks ini tuu, bukan berarti kita engga boleh ngutang buat kebutuhan konsumtif
yaa, tapi sebaiknya alokasinya itu harus proporsional, serta mengutamakan
pengalokasian utang yang sifatnya untuk hal-hal yang produktif. Kalau kita
lihat dari kacamata bisnis punya utang kebank itu wajar-wajar aja yaa, yang terpenting itu adalah
menghitung berapa banyak alokasinya untuk utang konsumtif dan berapa banyak
utang untuk produktif. rasio cicilan dan pendapatan ini bisa kita pake juga
untuk melihat rasio utang terhadap pendapatan atau ekuitas di suatu perusahaan,
bahasa kerenya sih dep to ekuiti rasio (DER).
Utang Produktif Sekala Negara
Nah itu tadi kan Cuma utang rumah tangga sama
prusahaan doing, kalo utang Negara gimana?
Yaa sebenarnya
sama-sama aja, prinsip rasio cicilan dan pendapatan ini bisa kita pake untuk
ngeliat alokasi utangnya itu dipake untuk utang konsumtif atau utang produktif.
Utang kunsumtif sekala Negara itu contohnya subsidi BBM, renovasi gedung
pemerintahan biar lebih mewah, kenaikan tunjangan PNS, dan lain-lain, semua
anggaran yang di pake itu adalah anggaran konsumsi. Sementara kalau anggran
yang di pake untuk hal-hal yang produktif itu misalnya, pembangunan jalan,
jembatan, rumah sakit, pelabuhan, bandara dan-lain sebagainya, dari pembangunan
itu semua, nantinya bisa menghasilkan pendaptan baru buat Negara. Nah yang
perlu kita kawal adalah penggunaan serta pengalokasian utangnya. Karena dalam
sekala kenegaraan utang Negara itu udah menjadi hal yang wajar, bahkan menurut
data 70 % Negara di dunia itu punya utang termasuk indonesia. Bahkan Negara maju
dan kaya juga punya utang. Dalam perhitungan utang sekala Negara ini biasanya
sih tolak ukurnya itu adalah, rasio utang terhadap pendapatan domestic broto
atau biasa ktika kenal dengan GDB. berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara. Rasio utang yang aman untuk indonesa itu di angka 60% dari
produk domestik broto. Kalau kita ngeliat utang dari sekala kenegaraan, utang
konsumtif yang tujuanya untuk mempercepat kesejeahteraan rakyat itu, terkadang
perlu di lakukan, karena dalam konteks utang
di sekala kenegaraan itu bukan lagi
bertujuan untuk berbisnis, melainkan untuk kesejahteraan rakyatnya. nah itu tadi adalah pembahasan aku mengenai
utang yang baik dan utang yang buruk semoga bermanfaat.