penyebab Petani Inodnesia masih miskin
Permasalahan di industri pertanian di indonesia itu kompleks
banget tapi di artikel ini admin menjelaskan beberapa hal yang menjadi akar masalah
utamanya.
Isi konten:
1.
penyerapan hasil pertanian kurang maksimal
2.
petani masih bergantung pada jasa tengkulak
3.
produk kalah murah sama impor
4.
keterbatasan untuk mengakses permodalan
yang pertama aku mau ceritain dulu nih, kenapa sih Negara
kita itu jadi netimportir produk pertanian. padahal, produk pertanian yang di
impor dari lawar ngeri itu bisa banget di tanam di Negara kita. Tapi ko malah
impor sih, sebetulnya engga semua juga
komoditas pertanian kita itu berasal dari impor. yaa,,, bergantung dari beragam
permasalahan komoditas pertaniannya, tapi masalah terbesarnya adalah, karena
komoditas produk pertanian dalam negri kita itu belum mencukupi untuk kebutuhan
konsumsi 273 juta penduduk indonesia. misalnya komoditas kedelai, Menurut data
dari kemntan.
Kebutuhan kedelai dalam negri kita itu mencapai 2-3 juta
ton pertahunya, sementara menurut gakopindo, produksi kedelai petani kita itu
hanya mampu memproduksi 500 sampai 750 ribu ton pertaunya. jauh banget kan
antara permintaan dan persediaannya. kalau gitu harusnya petani kita bisa
untung besar dong?. Karenakan permintaanya banyak sementara barangnya dikit
harusnya harganya mahal? Emang bener? Tapi kalian harus tau juga, kalau rendahnya
produksi kedelai di Indonesia itu ternyata di sebabkan tanah di sebagian besar
wilayah Negara kita itu enggak terlalu cocok buat di tanamin kedelai. Jadinya
para petani kita itu perlu ngeluwarin biaya extra untuk bisa ngasilin kedelai
yang bermutu bagus. jadinya kan keuntungan petani kita itu kecil. Kalau di bandingin
dengan keuntungan produk pertanian lain, karena biaya produksinya yang tinggi,
jadinya dikit deh para petani yang mau nanem kedelai, dan mengganti sama produk
komoditas pertanian lain.
Contoh lain masalah komoditas pertanian adalah beras yang
sebenarnya udah lama banget Negara kita itu impor. Salah satu alasan bulog
ngelakuin impor beras adalah. untuk menjaga setok persedian beras di gudang
bulog yang mau menipis, yaa menurut aturannya sih bulog itu harus punya minimal
1 juta ton cadangan beras. Sementara serapan beras kebulog itu enggak bisa
optimal. Alasanya ya karena gabah yang di hasilkan sama petani kita itu tidak
memenuhi mutu standar. dan juga gabah kita itu mengandung banyak kadar air yang
terlalu tinggi. Ujung-ujungnya yaa harus impor lagi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat kita.
Lanjut kepermasalahan yang kedua, yaitu petani kita itu
masih bergantung banget sama jasa tengkulak yang beli produk mereka pas lagi
panen dengan harga yang jauh lebih murah. tengkulak initu juga berperan memberi
modal kepada para petani, Hal ini digunakan tengkulak dalam mengikat petani
agar terus menjual hasil panen para petani kepada mereka.
Tapi sebetulnya kenapa sih petani kita masih aja
mau-maunya kerjasama sama para tengkulak. Yaa sebetulnya alasanya sih simpel,
karena petani kita itu engga punya banyak pilihan, seringkali Satu-satunya
pilihan yaa,, pake jasa tengkulak ini
bahkan enggak jarang juga para petani itu memijem modal dan bayarnya itu paspanen yaa,, sekalian
ngejual hasil panennya. Selain itu, para tengkulak ini juga berani buat
datengin para petani pas musim panen, dan berani langsung bayar di tempat.
Mungkin para petani yang engga punya kendaraan, serta
kesulitan juga buat langsung ngejual hasil panen kepasar, tengkulak ini bisa
jadi orang yang siap membeli kapanpun, hasil produk para petani. Jadinya banyak
petani yang mikir daripada harus keluar biaya lagi buat transportasi, mending
langsung jual di tempat aja, mumpung ada yang datengin. ditambah para tengkulak
itu berani ngeborong semua hasil panen para petani berapa pun itu.
Disisi lain jasa para tengkulak ini tu memudah kan para
petani. Dari pada susah-susah ngejual kepasar yang bisa aja lama lakunya. disini lah ironisnya, disatu sisi, peran para
tengkulak itu ngebantu para petani untuk menyerap hasil panennya. disisi lain
mereka juga lah yang memeli harga yang murah, sampai-sampai keuntungan petani
itu kecil banget.
Oke permasalahan yang ketiga itu karena produk pertanian kita itu kalah murah sama produk
impor. Hal ini tu sebenarnya udah jadi akar permasalahan klasik pertanian di
Indonesia, dimana, system distribusi dan pemasaran sampai kekonsumen ahir itu,
bisa ngelewati 5 sampai 6 perantara sekaligus, dimana setiap perantara itu udah
naikin harga di setiap levelnya, gimana enggak coba, para petani itu ngejual hasil panennya
dengan harga murah banget, tapi kita
sebagai konsumen ahir, belinya itu bisa mahal banget. Karena ya itu tadi, ada banyak perantara yang semuanya juga ingin
cari untung. Mulai dari tengkulak, pedagang grosir, pasar induk, pengecer, baru
deh sampai ke konsumen akhir. Ini lah yang menyebabkan harga produk pertanian
kita itu jadi kalah murah sama produk impor.
Nah permasalahan yang keempat itu, keterbatasan untuk mengakses
permodalan atau pendanaan buat para petani supaya bisa berjalan secara mandiri.
Seperti yang kita tau kalau mau minjem modal ke bank, harus ada asset yang
menjadi jaminan bank. Misalnya sertifikat tanah dan lain-lain. tapi masalahnya
enggak semua para petani kita itu punya asset yang bisa jadi jaminan.
Karena petani kita itu masih banyak yang belum punya
sertifikat tanah. Berdasarkan data dari kosorsium pembaruan agraria tahun 2016
ada 28 juta petani itu setatusnya tida punya tanah produksi pertanian. Disisi
lain nih, masih dikit banget bank yang berani nyalurin kredit ke petani. sebab
Pihak bank harus mitigasi resiko juga kan!. kalau-kalau ada potensi gagal panen
yang ujung-ujungnya nyebabin kredit macet sampai gagal bayar. Karena faktanya,
memprediksi hasil produksi pertanian itu tidak semudah memprediksi hasil
produksi manufaktur pabrik. Ada banyak faktor yang menjadi momok pertanian
kita, mulai dari kondisi alam, banjir, kekeringan, sampai masalah hama yang
sering menyerang tanaman para petani kita.
Tapi sebenernya ada juga sih pihak bank yang berani
nyalurin kredit kepara petani dengan bunga kecil dan juga tanpa jaminan tapi
proses seleksi administrasinya juga ketat baget. Yaa karena pastinya bank juga
ingin cari aman dong. kalau udah begini akhirnya para petani itu ya balik lagi
bergantung sama para tengkulak atau para rintenir yang bisa nyedian uang cepet
supaya bisa untuk modal dan kebutuhan sehari-hari mereka.